Donderdag 11 April 2013

PERUBAHAN SOSIAL


A.    PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL
Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan. Pada dasarnya, perubahan tersebut merupakan proses modifikasi struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat disebut perubahan sosial, yaitu gejala umum yang terjadi sepanjang masa pada setiap masyarakat.Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.Kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan. Manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Ia selalu mencari sesuatu yang baru, bagaimana mengubah suatu keadaan agar lebih baik. Manusia meruapakan makhluk yang selalu ingin beruabah, aktif, kreatif, inovatif, agresif, selalu berkembang, dan responsif terhadap terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Perbedaan perubahan antara masyarakat yang satu dan masyrakat yang lain atau antara kurun waktu yang satu dan kurun waktu lainnya hanyalah terletak pada tingkat kecepatan perubahan tersebut. Perubahan yang terjadi di masyarakat meliputi perubahan norma-norma sosial, interaksi sosial, pola-pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan masyarakat, serta susunan kekuasaan dan wewenang.
Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan.Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan.Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan organisasi sosial.Sebagai contoh perubahan dalam bidang teknologi komunikasi.Secara teoretis, perubahan sosial dan perubahan kebudayaan dapat dipisahkan.Namun dalam kehidupan sehari-hari, tidak mudah menemukan garis pemisah antara keduanya karena tidaka ada masyarakatyang tidak mempunyai kebudayaan.Sebaliknya, tidak mungkin ada kebudayaan tanpa ada masyarakat sebagai pendukungnya.[1]

Pengertian perubahan sosial menurut para ahli:
1a. Selo Soemardjan, menyatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga-lembaga   kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap dan perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2b. Kingsley Davis, menyatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyrakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan.
3c. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin, melihat perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
4d. Samuel Koenig, menyatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi  dalam pola-pola kehidupan manusia.
5e. Robert Mac Iver, melihat perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
6f. William F. Ogburn, menyatakan bahwa perubahan sosial menekankan pada kondisi teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial.[2]

B.     TEORI PERUBAHAN SOSIAL
1.      Teori Utama Pola Perubahan Sosial
Terdapat dua teori utama pola perubahan sosial, yaitu teori siklus dan teori perkembangan.
a.       Teori Siklus, teori ini melihat perubahan sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Apa yang terjadi sekarang pada dasarnya memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa yang terjadi sebelumnya. Di dalam pola perubahan ini tidak Nampak batas-batas antara pola hidup primitif, tradisional dan modern.
b.      Teori Perkembangan. Para penganut teori ini percaya bahwa perubahan dapat diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu, seperti perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kompleks. Teori perkembangan dibagi menjadi dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi.
2.      Teori-teori Modern Mengenai Perubahan Sosial
a.       Teori Modernisasi
Teori modernisasi melihat bahwa perubahan negara-negara terbelakang akan mengikuti jalan yang sama dengan negara industri di Barat. Cara tersebut adalah melalui proses modernisasi sehingga negara terbelakang menjadi negara berkembang. Teori ini melihat bahwa negara terbelakang memiliki banyak kekurangan sehingga harus menanggulangi kekurangan yang dimiliki untuk mencapai tahap tinggal landas.
b.      Teori Ketergantungan
Teori ini melihat bahwa ada ketergantungan secara ekonomi negara-negara dunia ketiga terhadap negara-negara industry.Negara-negara dunia ketiga membutuhkan pinjaman dan investasi dari negara-negara industry. Ketika negara industry berkembang, negara dunia ketiga semakin terbelakang dengan proses kolonialisme dan neokolonialisme.
c.       Teori Sistem Dunia
Teori ini dibuat oleh Immanuel Wallerstein, yang menyatakan bahwa perekonomian kapitalis dunia tersusun atas tiga jenjang, yaitu negara inti, negara semi periferi, dan negara periferi.Kemampuan yang dimiliki negara inti menyebabkan negara inti mengauasai system dunia.Negara inti mampu memanfaatkan sumber daya dari negara semi-periferi dan negara periferi, yang berakibat kian lebarnya jurang perbedaan antara negara inti dan negara periferi.
Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pengamatan: apakah dari sudut aspek, fragmen atau dimensi system sosialnya. Ini disebabkan keadaan system sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai komponen seperti berikut:
  1.  Unsur-unsur pokok (misalnya: jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka).
  2. Hubungan antar unsur (misalnya: ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan anatar individu, integrasi).
  3. Berfungsinya unsur-unsur di dalam sisitem (misalnya: peran pekerjaan yang dimainkan oleh individu atau diperlukannya tindakan tertentu untuk melestarikan ketertiban sosial).
  4. Pemeliharaan batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa saja yang termasuk anggota system, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen dalam organisasi, dan sebagainya).
  5. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen atau divisi khusus yang dapat dibedakan).
Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik).[3]

C.    BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL
1.      Berdasarkan Waktu
Berdasarkan kriteria waktu, perubahan sosial bisa dibedakan menjadi evolusi dan revolusi.
a.       Perubahan lambat (Evolusi) adalah perubahan sosial yang terjadi dalam rentang waktu yang lama dan berlangsung secara lambat. Perubahan ini terbentuk melalui rentetan perubahan-perubahan kecil. Perubahan ini terjadi setiap hari sebagai bentuk upaya masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan fisik maupun sosialnya.
b.      Perubahan cepat (Revolusi) adalah perubahan sosial mendasar yang terjadi dalam rentang waktu yang singkat dan berlangsung secara cepat. Perubahan ini berkenaan dengan dasar-dasar atai sendi-sendi pokok masyarakat.
2.      Berdasarkan Proses
a.       Perubahan yang direncanakan, adalah perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyrakat.
b.      Perubahan yang tidak direncanakan, yaitu perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat atau kemampuan manusia. Perubahan ini dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.
3.      Berdasarkan Dampak
a.       Perubahan kecil, yaitu suatu perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya mode pakaian.
b.      Perubahan Besar, yaitu perubahan yang berpengaruh terhadap masyrakat dan lembaga-lembaganya. Seperi dalam system kerja, hak milik tanah, hubungan kekeluargaan dan stratifikasi masyarakat.
4.      Berdasarkan Bentuk
a.       Perubahan structural, yaitu perubahan yang sngat mendasar yang menyebabkan timbulnya reorganisasi dalam masyarakat. Contohnya penggunaan alat-alay pertanian yang serba canggih.
b.      Perubahan proses, adalah perubahan yang sifatnya tidak mendasar. Perubahan tersebut hanya merupakan penyempurnaan dari perubahan sebelumnya. Contohnya perubahan kurikulum dalam bidang pendidikan.
5.      Berdasarkan Strategi
a.       Perubahan dengan kekerasan, yaitu perubahan sosial yang dilakukan dengan membenarkan penggunaan cara-cara kekerasan fisik-psikis-simbolik, demi terwujudnya target dan tujuan yang hendak dicapai dalam perubahan sosial tersebut.
b.      Perubahan non-kekerasan, adalah perubahan sosial yang dilakukan dengan mengutamakan cara-cara damai dalam memnacapai target dan tujuan perubahan.[4]

D.    FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PERUBAHAN SOSIAL
1.      Faktor Pendorong
Faktor internal terdiri dari:
a.       Teknologi
Menurut Sosiolog Thorsten Veblen, perkembangan masyarakat sangat ditentukan oleh teknologi. Itu terjadi karena teknologi sangat berpengaruh terhadap pikiran dan perilaku manusia. Terkait dengan dahsyatnya pengaruh teknologi terhadap kehidupan manusia, setiap teknologi secara bertahap akan menciptakan lingkungan kehidupan manusia yang sama sekali baru. Banyak orang merasa sangat optimis denagn keberadaan teknologi. Mereka berpandangan bahwa banyak masalah manusia akan dapat diselesaikan dengan teknologi. Teknologi akan mengubah kehidupan masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa masalah yang berhasil diselesaikan oleh teknologi ternyata sama banyaknya dengan masalah yang ditimbulkan olehnya.
b.      Inovasi
Inovasi merupakan proses pembaruan. Dalam hal ini, pembaruan tersebut berkenaan dengan penggunaan sumber-sumber alam, energy, dan modal serta penataan kembali tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru.Tujuannya agar terbentuk system produksi dan senantiasa lahir produk-produk baru.Maka inovasi hakikatnya adalah pembaruan unsure teknologi dan ekonomi dari kebudayaan.
c.       Konflik
Pertentangan atau konflik merupakan salah satu sebab terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan.Hubungan antara konflik dan perubahan sosial bersifat timbal balik. Artinya, umumnya konflik akan menimbulkan perubahan sosial, demikian pula perubahan sosial akan menimbulkan konflik.
d.      Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat menyebabkan terjadinya perubahan struktur dalam masyarakat, terutama lembaga kemasyarakatannya.
e.       Pendidikan
Pendidikan yang bermutu merupakan factor pendorong utama bagi berlangsungnya perubahan sosial.Keberadaan pendidikan yang bermutu berarti adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan sumber utama perubahan sosial.
f.       Sistem sosial yang terbuka
Yang dimaksud dengan system sosial terbuka di sini terutama berkenaan dengan adanya stratifikasi sosial yang terbuka dan kesediaan menjalin kontak dengan budaya lain dan memungkinkan masyarakat menerima persebaran kebudayaan lain, yang pada gilirannya akan membuat kehidupan masyarakat lebih dinamis.
Faktor Eksternal, terdiri dari:
a.       Lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia
Terjadinya bencana alam, seperti gempa bumi, meletusnya gunung berapi, banjir dan lain-lain, mengakibatkan masyarakat harus pindah ke tempat tinggal yang baru (bedol desa).Mereka harus beradaptasi dengan keadaan alam baru yang menuntut perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
b.      Peperangan
Peperangan dengan negara lain dapat pula mengakibatkan terjadinya perubahan karena biasanya negara yang menang dalam peperangan akan memaksakan kebijakannya terhadap negara yang kalah.
c.       Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Artinya masing-masing masyarakat selain mempengaruhi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain.
2.      Faktor Penghambat perubahan sosial terdiri dari:
a.       Konservatisme elite, merupakan hambatan utama bagi berlangsungnya perubahan sosial. Konservatisme di sisni merujuk pada sikap yang cenderung mempertahankan tradisi dan budaya masa lalu sebagai acuan hidup.
b.      System sosial tertutup. Sistem ini ditandai dengan adanya stratifikasi sosial yang tertutup, sikap menutup diri terhadap pengaruh asing.
c.       Pendidikan yang buruk. System sosial tertutup akan cenderung menghasilkan pendidikan yang buruk. Tentu saja pendidikan macam itu cenderung mengajarkan konservatisme juga. Pada gilirannya pendidikan seperti itu lebih mementingkan upaya pewarisan pengetahuan daripada pengembngan pengetahuan.
d.      Komposisi penduduk homogen, yang cenderung menghambat terjadinya perubahan sosial. Sebab kehidupan masyarakat relatif stabil.
e.       Kurangnya hubungan dengan msyarakat lain menyebabkan suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan yang dapat memperkaya kebudayaan masyarakat tersebut.[5]

E.     DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL
1.      Dampak Positif Perubahan Sosial
Secara umum, dampak positif dari perubahan sosial adalah kemungkinan dicapainya tahap perkembangan sosial baru yang lebih maju dan lebih baik dari keadaan sebelumnya. Secara lebih spesifik bisa dikatakan bahwa perubahan sosial memungkinkan masyarakat:
a.       Memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial baru. Dalam hal ini, nilai-nilai dan norma-norma sosial lama yang kurang sesuai dengan perkembangan jaman, digantikan oleh nilai-nilai dan norma-norma sosial yang baru, yang lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman.
b.      Memiliki struktur dan hubungan sosial baru yang lebih manusiawi, yaitu didasarkan pada system stratifikasi sosial terbuka dan relasi kekuasaan demokratis.
c.       Memiliki pranata-pranata sosial baru yang lebih memungkinkan mereka memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup sesuai dengan tuntutan perkembngan jaman.
d.      Menikmati berbagai kemajuan di berbagai bidang kehidupan, sehingga kualitas kehidupan masyarakat makin sejajar dengan kemajuan yang dicapai oleh bangsa-bangsa maju lainnya.
2.      Dampak Negatif Perubahan Sosial
Dampak negatif dari perubahan sosial umumnya terkait dengan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan masyarakat, atau bahkan merusak kelangsungan masyarakat, akibat berlangsungnya perubahan sosial. Kondisi-kondisi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.       Adanya disorientasi nilai-nilai dan norma-norma. Dalam hal ini, masyarakat tidak lagi mempedulikan nilai-nilai dan norma-norma lama, namun belum ada nilai-nilai dan norma-norma baru yang bisa dijadikan pegangan dalam kehidupan bersama.
b.      Munculnya konflik sosial vertical dan horizontal, bahkan mungkin kekerasan massa, akibat adanya perbedaan kepentingan dalam menyikapi perbahan sosial serta tidak berfungsinya secara optimal berbagai pranata sosial yang ada, sebagai akibat berlangsungnya konflik antara kelompok pendukung dan penentang perubahan.
c.       Terjadi berbagai bentuk kerusakan lingkungan dan bencana. Perubahan sosial seringkali diikuti dengan berubahnya kebutuhan konsumsi dan berubahnya perilaku masyarakat. Apabila perubahan ini tidak bisa dikendalikan dengan baik, lingkungan sekitar yang akan menjadi korban ulah manusia.[6]


[1]Soerjono Soekanto. Teori sosiologi tentang perubahan sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983. Hlm: 145
[2]Wawan et al Ruswanto. Buku materi pokok perubahan sosial. Jakarta: Universitas Terbuka. 2004. Hlm: 63
[3] Piotr Sztompka. Sosiologi perubahan sosial. Jakarta: Prenada. 2007. Hlm: 3-6
[4] Robert H Lauer. Perspektif tentang perubahan sosial. Jakarta: Rineka cipta. 2001. Hlm: 165-166
[5] Phil Astrid S Susanto. Pengantar sosiologi dan perubahan sosial. Jakarta: Putra A. Bardin. 1999. Hlm: 221-224
[6] W.F Wertheim. Masyarakat Indonesia dalam transisi: studi perubahan sosial. Yogyakarta: Tiara wacana. 1999. Hlm: 189-190